Guru yang Berkesan

Setiap guru ingin dianggap baik oleh para siswanya. Ia menginginkan dirinya memiliki kesan yang disenangi oleh siswa-siswanya. Hal ini sangat lah baik bagi guru tersebut, memiliki harapan yang baik. Akan tetapi dalam kenyataannya tidak semua guru mendapatkan kesan baik dari mereka. Ada guru yang diindahkan para siswa (kurang dihormati), ada guru yang dibenci sikapnya, ada guru yang ditakuti karena kerasnya pendidikan beliau, ada pula yang ditentang sikapnya.
Gajah Mati Meninggalkan Gading
Gajah Mati Meninggalkan Gading
Harimau Mati Meninggalkan Belang
Gajah Mati Meninggalkan Gading
Manusia Mati Meniggalkan ....

Mengapa demikian bisa terjadi? apakah kesalahan dan kenakalan para siswa ataukan disebabkan oleh guru tersebut yang membawa akibat demikian kepada dirinya. Di sekolah, kami menemukan berbagai macam guru dari yang memiliki sikap yang keras terhadap peraturan
  1. Guru yang Baru.
    Rata-rata ketika guru pertama kali hadir dalam pertemuan di kelas, kami selalu merasa suasana baru dengannya. Sebagian besar guru yang baru bertemu mereka selalu mencoba menyesuaikan dengan keadaan kelas kami. Walaupun kami kurang teratur di dalam kelas, banyak tertawa saat bersama dia, guru tersebut tidak mudah marah paling-paling mereka tersenyum atau bersikap diam bila ada yang ia anggap kurang sesuai. Guru yang baru memiliki kesan positif pada awal pembelajaran di kelas kami. Namun sikap positif ini seiring berjalannya waktu, mereka bisa berubah menjadi keras atau apatis (tak begitu peduli).
  2. Guru yang Memiliki Humor Baik.
    Kami selalu menyukai guru yang suka bercerita lucu mengisi waktu pembelajarannya atau intermezo di sela-sela pembelajaran. Hal tersebut membuat kami tertawa bersama dan merasa ketegangan belajar menjadi berkurang. Lewat cerita-cerita lucunya, ia memberikan pembelajaran kepada kami di kelas.
  3. Guru yang Santun.
    Ada pula guru yang membuat kami segan kepada beliau. Keseganan kami karena sikapnya yang santun kepada siapa pun tanpa pilah pilih. Beliau dengan sikapnya mengajarkan kami untuk menghargai orang lain lewat kesantunan. Berbicara sopan tidak hanya kepada sesama temannya di ruang kantor, tetapi ia juga bersikap sopan kepada saya dan teman-teman siswa lainnya. Saya biasa menemui guru yang santun memiliki penampilan yang juga sederhana. Mungkin sudah menjadi kehidupan beliau untuk berprinsip sederhana.
  4. Guru yang Tegas dan Adil.
    Di sekolah saya dan kawan-kawan dikelas juga merasa segan ketika berhadapan dengan guru yang apabila beliau bertindak menegakkan tata tertib sekolah. Kadang beliau berwajah yang datar, jarang bercanda dengan kami dan berbicara seperlunya. Bila ada teman kami yang melanggar tata tertib atau membuat kesalahan berulang kali beliau akan bertindak tegas dan itu cukup menakutkan bagi kami. Walupun kami agak takut dengan ketegasan beliau, namun di sisi lain juga kami menyenangi karena beliau bertindak dengan adil kepada setiap siswa dengan memberi sangsi yang jelas dan sesuai dengan tingkat kesalahan kami.
  5. Guru yang Inovatif dan Kreatif.
    Umumnya guru yang inovatif dan kreatif ini adalah guru-guru kami yang muda. Mereka selalu membawa kecerian ke dalam kelas. Senang bertegur sama dengan murid. Kadang karena mereka adalah orang yang lebih muda, kami merasa mereka punya banyak kesamaan dengan jiwa mudanya. Kami menghormati guru seperti mereka bukan dengan segan karena takut kepada mereka, akan tetapi cara mereka menghormati kami.Walaupun tidak sebijaksana guru yang lebih tua dari mereka, namun ide-ide mereka yang membuat kami terkesan dan memberi motivasi kepada kami untuk berkembang dengan jiwa muda yang kami miliki.
  6. Guru yang Bijaksana.
    Seperti halnya diluar sekolah, tidak setiap guru memiliki kebijaksanaan dalam bertindak. Seringnya kami berbuat onar dan salah hingga melanggar tata tertib sekolah, kebanyakan guru hanya bersikap keras, marah, berkata-kata yang tidak ingin kami dengar, sebagian lagi tidak begitu menghiraukan atau tidak mau ambil pusing terhadap permasalahan kami. Kadang kami diberi hukuman yang tidak sesuai dengan apa yang kami perbuat. Hanya beberapa guru dari sebagian banyaknya yang memiliki sikap yang bijaksana terhadap perbuatan kami yang tidak mereka harapakan. Dan itu membuat kami ingat akan kebijaksanaan yang mereka ajarkan lewat tindakan.
  7. Guru yang Bersahabat.
    Rata-rata kami kurang mengenal akrab kepada guru-guru yang sehabis mengajar, mereka berada di dalam ruang kantor saja atau mereka atau pulang selepas pelajaran yang mereka beri sudah habis. Kami jarang berkomunikasi dengan mereka karena mereka seakan terlalu sibuk dengan tanggung jawab dan kewajibannya di ruangan. Dari guru-guru yang ada di sekolah, ada pula yang sering menemani ngobrol walaupun sebentar selama isitirahat atau di kala waktu yang senjang.

    Dia kadang berbagi pengalaman hidup selain masalah belajar, bercerita tentang sesuatu hal yang menarik dan itu bisa saja ia bercerita tentang jalan hidup. Kadang ia mencoba mendengarkan masalah-masalah hidup kami pula termasuk masalah belajar yang dihadapi. Terasa berbagi dengan sahabat. Guru yang seperti adalah kesukaan aku dan kawan-kawan saat di sekolah. Seakan akan dia tidak menampakkan adanya perbedaan usia seperti orang dewasa kebanyakan, dia seperti menganggap kami layaknya dirinya sebagai manusia yang memerlukan hubungan sosial. Sebagian dari mereka sering terlupakan begitu saja, namun sebagian dari mereka selalu diingat baik orangnya maupun pelajarannya.
Dari sekian waktu yang saya lalui bersama kawan-kawan di sekolah, hingga saat ini kami masih teringat dengan pengalaman belajar bersama mereka. Hingga saat ini kami masih mencari guru-guru seperti itu untuk membimbing kami tidak hanya dalam materi pelajaran saja tetapi juga pelajaran untuk kehidupan kami.

Terima kasih sudah membaca, semoga bermanfaat.