Dasar menjadi guru yang baik

Setiap orang tentunya ingin menjadi seseorang yang baik bagi dirinya sendiri dan juga orang lain. Menjadi seseorang yang dianggap baik, bisa berarti ia harus berpikir baik terhadap dirinya sendiri dan juga berpikir baik terhadap orang lain. Angapan “baik” memiliki arti yang subjektif dengan berdasarkan nilai-nilai yang berlaku dilingkungannya (moral). Ada beberapa hal yang bisa kita jadikan dasar untuk menjadi guru yang baik :
Pemberi Cahaya
Pemberi Cahaya

Good Teacher, Always Thinking Good

Sebelum seorang guru dianggap baik, ia mesti berpikir yang baik (positif) terhadap dirinya sendiri. Jika ia beranggapan bahwa ia adalah guru yang buruk, maka sedikit banyak ia akan melakukan kesalahan dan hal-hal buruk sehingga orang lain pun akan berpikir tidak jauh beda darinya. Pikiran seseorang akan sangat berpengaruh terhadap tindakannya. Bila ia berpikir positif, tindakannya akan berubah menjadi hal-hal postif. Sebaliknya ia berpikir negatif, apa yang akan dilakukannya mengandung hal-hal yang buruk. Dengan berpikir positif akan membawa tindakan yang bermanfaat baik bagi dirinya sendiri maupun lingkungan sekitar.

Guru yang beranggapan negatif terhadap diri dan lingkungannya akan menjadikan dirinya dan lingkungannya menjadi musuh. Tak ada seseorang yang peduli kepada musuhnya. Semakin lemah dan kalah musuhnya adalah kepuasan yang tidak menyenangkan dipihak lawannya.

Guru yang beranggapan positif terhadap diri dan lingkungannya akan menjadikan ia sebagai kawan yang baik, yang bisa membantu diri dan lingkungannya untuk maju kedepan dan menjadi lebih baik.

Good Teacher, Putting Where the Place It Is

Cara yang sederhana namun kadang kita lupa. Mudah tapi susah untuk terbiasa. “Meletakkan pada Tempatnya” dengan kata lain bisa menjadi “memposisikan sebagaimana seharusnya” adalah cara seseorang untuk mengenal atau membedakan posisi yang sesuai berdasarkan kelas/kelompoknya. Diibaratkan kita meletakkan kumpulan sesuatu jenis barang ke dalam lemari pendingin (kulkas). Kelompok sayur-sayuran diletakkan pada posisi/tempat yang berbeda dengan lauk-pauk dan minuman atau buah-buahan. Sangat rapi dipandang dan akan menjadi mudah bila kita ingin menemukkan barang yang sudah tersusun (terorganisir) dengan baik. Guru yang senatiasa terbiasa meletakkan pada tempatnya menggambarkan ia tahu tata cara dan aturan yang tepat terhadap apa yang dilakukan olehnya. Inilah yang disebut kedisiplinan yang tidak nampak.

Seorang guru yang bijak adalah guru yang bisa menempatkan diri dan posisi sesuai keadaan yang ada. Ada saat guru kuat akan prinsip dan aturan yang berlaku, adapula saatnya guru harus memberikan toleransi yang sesuai kepada murid-muridnya. Kebijaksanaan yang dimiliki guru sangatlah berharga bagi dirinya dan lingkungan sekitarnya. Kebijaksanaan dapat lebih mudah dipahami dengan berbagai cerita yang banyak kita temui, salah satunya cerita Pemilihan Penganti Kepala Desa.

Good Teacher, Always Appreciate

Setiap orang ingin dihargai secara semestinya. Dalam masa perkembangan, anak didik sangat termotivasi untuk meningkatkan belajar mereka apabila usaha dan jerih payah mereka dihargai secara semestinya. Guru yang biasa menghargai anak didik mereka akan mendapatkan peluang yang besar untuk membantu perkembangan diri dalam belajar mereka. Latar belakang, minat, bakat, usaha para murid berbeda-beda. Ada yang berusaha kuat, ada usaha mereka yang kurang begitu semangat, atau sedikit sekali. Sehingga hasil dari usaha mereka pun berbeda-beda. Guru tidak hanya harus memberi penghargaan terhadap murid yang memiliki prestasi tinggi, tetapi juga guru mesti bijaksana untuk memberikan apresiasi atau penghargaan terhadap murid yang walaupun murid tersebut tidak memiliki prestasi hanya memiliki usaha untuk berkembang.

Pemberian penghargaan terhadap anak didik bisa berbentuk barang nyata ataupun bukan barang nyata. Dalam bentuk barang bisa seperti hadiah untuk siswa yang bisa bermanfaat untuk pengembangan belajarnya.

Sewaktu sekolah dasar dulu, wali kelas yang juga merangkap menjadi guru kelas, disetiap akhir caturulan, mereka selalu memberikan hadiah berupa buku tulis dan pen bagi 3 peringkat tertinggi di kelasnya. Ada pula hadiah jenis yang sama karena prestasi dalam banyak dan seringnya sang murid menabung uang

Walaupun hadiah yang diberikan sang guru tidak begitu mahal (dalam nilai mata uang), akan tetapi ini sangat mahal bagi para muridnya. Guru mengajarkan secara tidak langsung kepada para murid bagaimana menghargai orang lain walaupun dengan bentuk yang terbatas. Guru tersebut menghargai para murid berprestasi karena mereka juga membuat senang hati sang guru.

Dalam bentuk tidak nyata, penghargaan guru bisa seperti pujian dan sanjungan. Untuk lebih rincinya, bisa kita bagi penghargaan tidak nyata dalam beberapa jenis:

a. Penghargaan Lisan (Oral Appriciation)

Penghargaan bentuk lisan adalah penghargaan yang diberikan kepada orang lain dengan ucapan seperti : Terima kasih, Selamat, Semoga Berhasil, Baik, Sangat Baik Sekali, Bagus sekali, tepat sekali, hebat, benar, betul, dan lain-lain.

b. Penghargaan Gerak (Gesture Appriciation)

Penghargaan bentuk gerak biasanya lebih kearah penggunaan gerakan tangan seperti jempol ke atas yang bermakna apa yang dilakukan mereka itu bagus, hebat, betul. Penghargaan bentuk gerak tidak selalu dilakukan dalam proses pembelajaran di dalam kelas, namun juga bisa diberikan di luar kelas. Penghargaan tersebut bisa kita katakan sebagai pujian atau sanjungan yang sesuai dengan apa yang diusahakan oleh murid.

Good Teacher has Low Profile

Low Profile kata yang umum, namun jarang dimengerti. Low profile bisa kita pahami sebagai seorang yang rendah hati, tawaddu atau sederhana. Seorang guru yang memiliki low profile ini disenangi tidak hanya oleh para muridnya tetapi orang-orang dilingkungan sekitarnya baik itu kawan se profesi (sesama guru), masyarakat, sahabat, kawan.

Prilaku guru yang sederhana, tertanam dari dalam hatinya, kemudian dirancang dalam pikirannya dan diaktualisasikan dalam prilakunya sehari-hari. Kata sederhana identik dengan tampil apa adanya, bukan seadanya (pas-pasan).

Good Teacher is Good Student

Sebelum ia menjadi guru yang baik, ia harus tahu bagaimana menjadi murid yang baik. Dengan mengenal dunia didiknya (siapa dan bagaimana muridnya) selain dunia ia sebagai pendidik. Jika kita perumpamakan posisi guru dan murid adalah posisi yang berbeda. Menggunakan cara pandang dari sisi yang berbeda (point of view) dari sisi muridnya, akan mempermudah bagaiman ia memberikan pengajaran yang tepat sesuai dengan psikologi dan fisikologi muridnya.

Memang benar seorang guru tidak boleh memandang murid sebelah mata atau membeda-bedakanya. Akan tetapi, sebagai guru kita perlu tau perbedaan disetiap murid kita. Entah itu sisi fisiknya (bentuk, jenis kelamin, warna, paras, dll), sisi kejiwaannya (minat, bakat, potensi, cara berpikir, cara pandang, tingkah laku, kebiasaan, dll) dan sisi kecerasan IQ. Hal ini berguna agar guru lebih mengenail siapa dan bagaimana anak didik sebenarnya.